Pemasangan "Tarub" (di rumah mempelai putri)
Untuk tujuan efisiensi, pemasangan tarub di-laksanakan sebelum upacara siraman. Pertama-tama bapak dan Ibu pengantin putri membuka penutup pisang "tuwuhan" (tumbuhan yang diikat menjadi satu di pintu masuk tersebut disebut tuwuhan).
Tuwuhan berasal dari kata tuwuh yang berarti tumbuh, dan dipasang sebelum hari pernikahan. Tuwuhan berarti perlengkapan atau ubarampe yang terdiri dari berbagai tumbuhan dan buah-buahan tertentu. Disusun sedemikian rupa dan diikat menjadi satu ikatan besar. Tuwuhan selalu dipasang di dua tempat. Di kanan kiri pintu masuk rumah pemangku hajat, dan juga di kanan kiri pintu masuk kamar mandi calon mempelai wanita (jika memungkinkan).
Tuwuhan memiliki dua fungsi yaitu fungsi ubarampe tatacara mantu dan fungsi sebagai dekorasi alami yang memperindah rumah pemangku hajat. Sebagai ubarampe tatacara mantu, tuwuhan mengandung makna filosofis. Tuwuhan adalah perwujudan doa orang tua calon mempelai wanita kepada Tuhan Yang Maha Esa agar anak yang dijodohkan menjadi lantaran tuwuhnya keturunan.
Tuwuhan berasal dari kata tuwuh yang berarti tumbuh, dan dipasang sebelum hari pernikahan. Tuwuhan berarti perlengkapan atau ubarampe yang terdiri dari berbagai tumbuhan dan buah-buahan tertentu. Disusun sedemikian rupa dan diikat menjadi satu ikatan besar. Tuwuhan selalu dipasang di dua tempat. Di kanan kiri pintu masuk rumah pemangku hajat, dan juga di kanan kiri pintu masuk kamar mandi calon mempelai wanita (jika memungkinkan).

Setelah Tuwuhan terpasang, bapak calon mempelai putri memasang Bleketepe (anyaman seperti tikar dari daun janur hijau) di atas tiang pintu masuk. Setelah terpasang ibu mempelai putri meletakkan padi yang telah disiapkan pada tuwuhan yang ada. Upacara pemasangan tarub selesai.
Jika tarub sudah berdiri, diatapnya diberikan hiasan Plisir Gula Kelapa yang terbuat dari kain yang berlapis 3 : berwarna merah, putih, merah dan diberi hiasan Buntal yang melingkar menghiasi tepi atau pinggiran atap.
Buntal ini terdiri dari dedaunan:
• Daun beringin melambangkan pengayoman,
• Daun kerotong berarti maton, melambangkan pendirian tetap,
• Daun bayem-bayeman merah melambangkan perasaan hati ayem (gembira dan tentram),
• Daun pupus pisang melambangkan diterima secara iklas dan
• Daun pandan melambangkan sepandan, harmonis selaras.
Tuwuhan diletakkan pada kanan kiri pintu masuk, terdiri dari:
- Satu batang pohon pisang raja yang telah berbuah masak pada sebelah kanan pintu, mengandung arti agar pasangan penganten ini dapat memimpin keluarga, menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara baik. Satu buah pohon pisang pulut di sebelah kiri, melambangkan harapan agar sepasang pengantin akrab mesra.
- Sepasang tebu wulung masing masing 1 batang, yang secara simbolis mengandung arti tebu anteping kalbu, adanya kebulatan tekad, wulung, warna hitam kemerah-merahan melambangkan kematangan jiwa.
- Cengkir kelapa gading di salah satu pintu melambangkan gading gajah sebagai kiasan kokoh berpendirian. Cengkir kelapa hijau di sisi lain melambangkan kesembuhan atau kesehatan.
- Macam-macam daun-daunan antara lain, daun beringin, majakara, andong, alang-alang, dadap, serep keseluruhan dapat diartikan agar kedua pengantin kelak dapat tumbuh seperti pohon beringin, menjadi pengayom dan selamat sejahtera.