Upacara mandi calon pengantin putri maupun putra harus dilakukan kerena memiliki makna. Upacara siramam ini mengandung arti membersihkan atau mensucikan diri untuk memasuki upacara perkawinan.
Bila pengantin putra juga mengadakan upacara siraman, maka air siraman yang dipakai oleh kedua pengantin harus sama dan digunakan pada waktu yang sama. Untuk itu keluarga pengantin putri wajib mengirim air siraman kepada keluarga pengantin putra. Karena upacara ini dilakukan secara bersamaan oleh kedua belah pihak, maka perlu dikordinasi oleh kedua belah pihak agar kegiatan ini berlangsung sesuai rencana.
Ada yang mengatakan air siraman harus berasal dari 7 sumber. Namun untuk tradisi Keraton pada umumnya menggunakan 1 sumber yang berasal dari Pura Keraton sendiri.
Urutan siraman Calon Mempelai putri :
1. Sungkeman
Calon pengantin putri dengan diantar atau digandeng oleh saudara kandungnya dan diiringi oleh perias keluar dari kamar pengantin menuju tempat kedua orang tuanya. Pertama tama calon pengantin putri melakukan sungkem kepada bapaknya terlebih dahulu lalu kepada ibunya dilanjutkan ke pinisepuh yang akan menyiram.
Upacara Siraman
Selesai melakukan sungkeman dengan digandeng oleh bapak ibunya, Calon pengantin menuju tempat siraman, pembacaan doa dan siraman pertama dilakukan oleh perias, kemudian siraman dilakukan oleh:
- Bapak calon pengantin putri
- Ibu calon pengantin putri
- Para pinisepuh, semuanya berjumlah ganjil.
Terakhir kali ibu calon pengantin putri menuangkan air dari kendi, setelah airnya habis kemudian kendinya dipecah sambil berkata “Niat Ingsun Ora Mecah Kendi, Nanging Mecah Pamore Anakku”, Makna, calon pengantin puteri pecah daya tariknya untuk orang lain.
Setelah itu dilakukan pengantin calon putri digendong oleh kedua orang tuanya ke kamar pengantin. Hal ini melambangkan Ngentaske Anak, Makna, membawa anak pada kehidupan mandiri, membina keluarga sendiri.
3.Potong rambut
Sebelum dilaksanakan upacara paes atau merias penganten, terlebih dahulu dilaksanakan upacara potong rambut oleh kedua orang tua. Setelah itu rambut yang dipaes (dipotong ditanam dihalaman rumah)
4. Penanaman rambut

5. Dodolan Dawet

Para tamu dan saudara yang hadir dapat membeli dawet menggunakan Kreweng (kepingan tanah liat/genting). Setelah selesai, kreweng yang diterima oleh bapak dan ibu dikumpulkan dan dimasukan kedalam sebuah kantong yang disebut Kandi. Hasil kreweng nantinya diberikan kepada pengantin putri.
Dawet melambangkan suasana yang "kemruwet", berdesakan. Mengandung makna: sebuah harapan agar dalam upacara perjamuan pesta perkawinan, tamu-tamu banyak yang datang. Upacara menjual dawet ini lazimnya diselenggarakan sebelum pukul 12.00, menjelang memuncaknya matahari. Matahari dalam keadaan gerak memuncak, melambangkan “Perkembangan” . Tidak dipungkiri bahwa upacara ini menciptakan suasana akrab dan meriah dikalangan para tamu.
6. Suapan terakhir
Setelah upacara ini dodol dawet selesai dan pengantin seselsai di paes maka dilakukan upacara suapan terakhir orang tua kepada anak.
Bapak dari pengantin memotong tumpeng dan memberikan kepada ibu untuk mengambilkan lauk dan sayuran yang disukai pengantin putri. Setelah itu kedua orang tua pengantin memberikan suapan 3 kali untuk terakhir kalinya. Setelah selesai memberi suapan nasi tumpeng, kedua orang tua lalu meminumkan 1 cangkir air ke calon pengantin. Biasanya setelah upacara suapan terakhir diadakan santap siang bersama.